Langsung ke konten utama

Badai

Aku adalah penyuka langit biru

Namun sayang, saat aku melangkah cuaca selalu hujan

Awan hitam nan pekat menutupi birumu

Hanya goresan petir yang menjadi penghias dalam kesendirian


Aku tahu tujuanmu hadir untuk menguji

Seketika itu aku hanya bisa terdiam dan tangis pun ikut berkolaborasi

Pada akhirnya langkahku sudah terbiasa dengan hujan ini

Sekarang aku coba berlari mengejar cahaya yang menjadi mimpi


Dinginnya semakin terasa ditubuhku

Gemuruh dan kilauan petir menjadi perpaduan latar yang menarik

Aku pun tak pernah tahu badai ini kapan akan berlalu

Sesekali aku  berteriak memanggil mentari agar kembali terik


Tangisku mulai terhenti dan tubuhku mulai terasa sakit

Tapi semangatku bergelora menyelimuti perjuanganku 

Aku yakin biru akan kembali mendominasi langit

Dan kelak, pelangi akan menjadi pertanda pencapaianku

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Pulau Taliabu, Maluku Utara

Kabupaten Pulau Taliabu merupakan salah satu kabupaten di provinsi Maluku Utara, hasil pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sula yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada 14 Desember 2012 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU Daerah Otonomi Baru (DOB). Meskipun secara administratif merupakan bagian dari Maluku Utara, namun secara geografis letak Pulau Taliabu lebih dekat dengan Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah dibandingkan dengan jarak ke Kota Sofifi yang merupakan Ibu Kota Provinsi Maluku Utara di Pulau Halmahera. Tak heran jika perekonomian Pulau Taliabu sangat bergantung pada Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah karena hampir seluruh kebutuhan pokok diakses dari Luwuk bahkan tak jarang masyarakat melakukan rujukan kesehatan di Rumah Sakit yang terletak di sana, karena jika ke Kota Sofifi terlalu jauh berkali-kali lipat jaraknya jika dibandingkan akses ke Luwuk sehingga memakan waktu yang lama. Bobong yang terletak di Kecamatan Taliabu Barat mer...

Perspektif Hidup

  Bukan sebuah hal yang egois jika kita memiliki ambisi dan terkesan kurang simpatis terhadap orang lain, karena kita adalah pemeran utama dalam setiap series kehidupan kita. Tentang bagaimana orang lain itu hanya bagaimana kita menyikapinya saja. Mungkin kita hanya peran pembantu dikehidupan orang lain dan itu menjadi hal yang wajar karena mereka pun kita anggap demikian. Jadi kalimat "hidup tuh bukan tentang lu doang!" itu agak kurang pas, tapi ya balik lagi bahwa definisi hidup itu berbeda-beda karena setiap orang memiliki perspektif masing-masing dalam menjalaninya.