Namanya Ade Rahmat seorang kepala keluarga yang tinggal bersama istri dan kedua anaknya di Desa Sukadamai, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Beliau merupakan seorang yang visioner, pekerja keras dengan semangat tinggi dan ambisi yang besar mengantarkan dirinya menjadi seorang petani daun singkong yang sukses. Selain itu, kepercayaan diri yang tinggi dan pengalaman yang matang, sebagai buruh petik daun singkong merupakan modal dasar yang ada pada dirinya.
Awalnya Ade dengan latar pendidikan SMA bekerja sebagai seorang karyawan koperasi. Selama bertahun-tahun dengan konsistensinya dalam bekerja terlihat hasil pekerjaan yang baik dengan karakter yang baik, mengantarkan ia menjadi seorang manajer. Bekerja menjadi manajer koperasi tentu membuatnya menjadi semakin sibuk, selain pekerjaan yang monoton juga jam kerja yang bertambah membuatnya berpikir untuk secepatnya mencari alternatif.
Ia pun dibantu sang istri selalu menyisihkan uang hasil kerjanya sebagai tabungan keluarga, dirasa sudah cukup ia memutuskan untuk resign dari pekerjaannya sebagai manajer koperasi. Bermodalkan uang tabungan dan gaji terakhir ia membeli beberapa domba sebagai salah satu bentuk investasi yang coba ia lakukan. Namun mengurus domba saja tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan harian keluarganya, pada akhirnya ia harus bekerja sebagai buruh petik daun singkong. Meskipun secara penghasilan cukup jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan gaji bulanan sebagai manajer koperasi tetapi beliau percaya akan proses bahwa suatu saat pasti akan lebih baik.
Setelah memetik daun singkong ia mencoba mencari uang tambahan dengan membantu pengemasan dan ikut mengantarkan daun singkong kepada pelanggan. Selain itu juga ia mencoba menanam daun singkong di lahan yang ia miliki. Pengalaman inilah yang membuatnya mengerti akan proses usaha daun singkong secara keseluruhan. Bekerja sambil belajar itulah kalimat yang cocok untuk menggambarkan sosok Ade dalam bekerja.
1 tahun kemudian Ade memutuskan untuk mencoba membuka usaha sendiri, dari pertanian yang coba ia pelajari disertai pengalaman penjualan daun singkong. Ia menjual seluruh domba yang ia miliki sebagai modal menyewa lahan untuk ditanami daun singkong. Ade yang di dampingi istrinya menam daun singkong, merawat, memanen dan menjual secara independen. Biasanya istrinya membantu proses panen dan pengemasan, lalu Ade di bagian penjualan dari warung ke warung. Awal prosesnya Ade merasakan kesulitan setelah berkeliling cukup jauh dengan menggunakan sepeda ternyata hanya laku 2 ikat. Sifat menyerah dan putus asa bukanlah karakter dari seorang Ade, ia kembali berjualan dengan area jual yang coba ia perluas, ia berkeliling menggunakan sepedanya dari Dramaga sampai ke Kota Bogor. Hari demi hari mulai terlihat perkembangannya, target pasarnya mulai jelas yaitu warung nasi padang.
Pada prosesnya Ade pernah merasakan kesedihan yang cukup mendalam, banyak masyarakat atau tetangganya yang menyayangkan keputusan Ade resign dari seorang manajer koperasi dan beralih ke petani daun singkong. Bahkan ada satu kejadian yang selalu ia ingat saat melakukan penjualan beliau bertemu dengan seorang ojek di pangkalan yang selalu ia lewati dan berkata "Jual daun singkong mana ada uangnya? mending juga kasih ke kambing terus tidur di rumah". Ade hanya menjawab pernyataan tersebut dengan senyuman.
Produksi daun singkong Ade semakin meningkat namun faktor lelah yang dialami Ade karena setiap harinya harus berjualan keliling membuat dirinya tidak fit, sehingga terjadi kecelakaan pada saat keliling. Beberapa hari ia tidak dapat bekerja sebagian konsumennya ada yang beralih langganan ke penjual lain. Ade dalam kondisi yang belum stabil berpikir untuk dapat secepatnya kembali berjualan, akhirnya ia memutuskan untuk berjualan menggunakan motor, agar lebih efektif. Tanpa pikir panjang Ade langsung mencari cicilan motor bekas.
Penggunaan motor pada penjualan yang ia lakukan memberikan dampak yang sangat positif dalam kemajuan usahanya. Selain dari segi waktu dalam pengiriman daun singkong ke pelanggan lebih efisien juga memberikan waktu yang cukup untuk memperluas area penjualan. Produksi daun singkongnya sudah semakin terkenal dan meluas, dengan konsistensinya yang baik akhirnya lambat laun Ade mulai mencoba memperluas lahannya dengan menambah sewa lahan. Lalu, karena permintaan pasar semakin tinggi ia mencoba membuka lowongan pekerjaan untuk membantunya dalam produksi daun singkong.
Tepat di tahun ke-5 ia sudah tidak menggunakan motor lagi dalam pengiriman daun singkong namun sudah bertransformasi menggunakan mobil pick up sempat melakukan sewa harian mobil namun setelah dianalisis kembali nampaknya ia memilih untuk melakukan cicilan mobil. Saat ini Ade sudah memiliki 7 karyawan, dengan rincian 1 orang tukang kebun, 2 orang buruh petik daun singkong, 2 orang pengemasan, 1 orang driver dan 1 orang kenek (menemani driver dan kontak dengan pelanggan). Hasil keuntungan yang ia peroleh secara bersih (sudah di potong biaya transport, cicilan mobil, dan gaji karyawan) dalam sehari dapat mencapai 1 juta.
Ade Rahmat menegaskan bahwa saat ini total konsumennya sebanyak 77 warung nasi padang yang tersebar di daerah JABODETABEK. "Alhamdulillah yang awalnya cuma dapet 2 warung rutin yang ambil dagangan saya, saat ini udah sampe 77 warung yang konsisten minta dikirimin tiap hari". Selain itu, ia juga berpesan untuk tetap percaya proses, yakini bahwa apa yang kita cita-citakan pasti tercapai. "Momen yang tidak saya lupakan yaitu ketika direndahkan oleh seorang ojek yang mungkin niatnya hanya bercanda, saat itu saya masih jualan pake sepeda dan sekarang dia sudah kaget dengan perkembangan saya. Setiap ketemu sudah berubah dari naik sepeda naik ke motor terus sekarang di mobil. Intinya jangan kaya gitu, kita fokus sama apa yang kita cita-citakan saja, mereka yang menyerang kita mungkin tidak melihat peluang yang sudah kita lihat. Terbukti saat ini saya mengalami perkembangan sedangkan tukang ojek ini bertahun-tahun masih ngojek artinya perlu evaluasi kalau mau berkembang keluar dari zona nyaman" ujar Ade saat di wawancarai.
Komentar
Posting Komentar