Langsung ke konten utama

Kabupaten Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara

Secara geografis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak pada koordinat antara 00º15’46" - 01º15’38" Lintang Utara serta antara 123º07'26" - 124º41'46" Bujur Timur.  Bolaang Mongondow merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 202 meter di atas permukaan laut. Luas wilayah Bolaang Mongondow, adalah berupa daratan seluas 3.517,47 Km2

Meskipun suhu udara relatif lebih panas namun Kabupaten Bolaang Mongondow ini memiliki udara yang masih bersih karena minimnya pembangunan pabrik dan industri. Selain itu, banyaknya pohon dan hutan memberikan asupan kadar oksigen yang baik untuk kebutuhan manusia dan makhluk hidup lainnya. Berikut ini beberapa kondisi yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow khususnya di Daerah Irigasi Kosinggolan, diantaranya :

Kondisi Lingkungan Alam

Sebagai daerah yang terletak di garis katulistiwa, maka Kabupaten Bolaang Mongondow hanya  mengenal 2  musim,  yaitu  musim  kemarau  dan  musim  hujan. Hujan  yang  turun  sepanjang  tahun  sangat  berdampak positif bagi kegiatan pertanian di Kabupaten Bolaang Mongondow. Suhu rata-rata di Kabupaten Bolaang Mongondow mencapai 20.7-33.6 ºC berdasarkan perhitungan Badan Pusat Statistik.

Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow terletak di bagian tengah lengan Utara Sulawesi yang disusun oleh busur magnetik yang berpotensi mengandung mineral-mineral ekonomis. Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan wilayah yang terdiri dari pesisir, bukit dan daerah pegunungan yang memiliki ketinggian bervariasi, wilayah yang tertinggi adalah Kecamatan Passi Timur dengan ketinggian mencapai 630 mdpl kemudian Kecamatan Passi Barat dengan ketinggian 450 mdpl. Sedangkan wilayah kecamatan yang berada di sekitar pesisir pantai hanya memiliki ketinggian 1-2 mdpl yaitu Kecamatan Poigar. Bolaang, Bolaang Timur, Lolak, Sang Tombolang. Terdapat 5 gunung di Kabupaten Bolaang Mongondow, dengan puncak tertinggi terdapat di Kecamatan Lolak yaitu Gunung Kabila dengan ketinggian +1.732m.

Keadaan topografi Kabupaten Bolaang Mongondow sebagian besar mempunyai relief agak curam sampai curam, namun pada arah fungi budidaya pertanian topografinya termasuk relief wilayah datar dan agak curam. Topografi relief curam sampai sangat curam banyak terdapat di Kecamatan Pinolosia, Bolaang Oki dan Sang Tomboloang. Kelas kemiringan lereng di Kabupaten Bolaang Mongondow diklasifikasikan menjadi kelas datar, landai, agak curam, curam dan sangat curam.

Potensi hidrologi di Kabupaten Bolaang Mongondow sangat besar, terutama oleh adanya aliran sungai utama seperti Sungai Mongondow, Ayong, Dumoga, Pusian, Toraut dan sungai-sungai besar lainnya beserta anak-anak sungai. Aliran sungai ini memberikan pengaruh yang besar terutama bagi kegiatan sosial ekonomi masyarakat seperti dapat bermanfaat dalam mengaliri area persawahan.

Besarnya potensi air sungai yang mengalir sepanjang sungai dan anak-anak sungai tersebut diakibatkan olah lahan wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow yang sebagian besar masih berupa kawasan hutan, sehingga sangat berpotensi besar untuk menyerap (infiltrasi) di wilayah ini untuk selanjutnya menghasilkan volume/debit air yang sangat besar di daerah hulu. Air Sungai Kosinggolan hingga saat ini telah dimanfaatkan sebagai bahan sumber air baku terutama untuk irigasi area persawahan penduduk dan kebutuhan lainnya.

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di Kabupaten Bolaang Mongondow dengan 4 Sub DAS yaitu : Sub DAS Dumoga, Sub DAS Kosinggolan, Sub DAS Mongondow dan Sub DAS Toraut.

Sungai Kosinggolan yang merupakan salah satu sub DAS di Kabupaten Bolaang Mongondow sejauh ini memiliki kondisi secara fisik masih sangat baik, yaitu tidak berbau, tidak berasa dan tidak berbusa. Namun demikian perlu diperhatikan terkait penggunaan dan pengelolaan air sungai khususnya pada kegiatan pengelolaan batuan emas. Pada kegiatan tersebut memerlukan zat kimia sebagai pelarut untuk memisahkan unsur emas yang terkandung pada batuan. Jika terus dibiarkan limbah tersebut tentu akan berdampak buruk pada kualitas air sungai.

Sungai Tumokang dan Sungai Binuangan merupakan sungai kecil yang menyatu mengikuti aliran air Sungai Kosinggolan. Selain fungsi utama dibuat Bendung Kosinggolan sebagai sarana mengalirkan air untuk pertanian, masyarakat sekitar juga memanfaatkannya untuk kebutuhan lain seperti, mandi, mencuci, dan kebutuhan lainnya. Selain kegiatan pengolahan emas, detergen atau limbah lain juga perlu diperhatikan. Meski masih skala kecil dan tidak berdampak besar namun tetap perlu pengawasan.

Mengenal Flora dan Fauna

Kabupaten Bolaang Mongondow memiliki flora atau tanaman dilindungi yang cukup terkenal yaitu pohon Langusei. Longusei adalah tanaman identitas Indonesia, khususnya Sulawesi Utara. Tanaman ini termasuk jenis pohon. Tumbuhan ini masih satu berkerabat dengan dengan beringin atau Ficus benjamina.

Pada lokasi Daerah Irigasi Kosinggolan tidak ada flora yang dilindungi. Sekitar Desa Doloduo 2 dan Desa Doloduo 3 di dominasi dengan banyaknya Pohon Kelapa yang mengelilingi desa. Adapun hasil tanaman atau pertanian yang dikelola dari beberapa desa yang memanfaatkan aliran air irigasi Kosinggolan adalah Jagung, Padi, Palawija dan tanaman holtikultura.

Hewan (Fauna) yang dilindungi dan dilestarikan di beberapa daerah di Kabupaten Bolaang Mongondow diantaranya ialah Burung Maleo. Pada Burung Maleo Senkawor atau Maleo, yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon maleo adalah sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm, dan merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal Macrocephalon. Uniknya dari Maleo adalah, saat baru menetas anak burung maleo sudah bisa terbang.

Selain Burung Maleo, adapun hewan langka yang dilindungi di Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Anoa. Anoa adalah mamalia terbesar dan endemik yang hidup di daratan Pulau Sulawesi dan Pulau Buton. Banyak yang menyebut anoa sebagai kerbau kerdil. Anoa merupakan hewan yang tergolong fauna peralihan. Anoa merupakan mamalia tergolong dalam famili bovidae yang tersebar hampir di seluruh pulau Sulawesi.

Meski ada banyak hewan langka yang dilindungi dan dilestarikan keberadaannya di Kabupaten Bolaang Mongondow, pada Daerah Irigasi Kosinggolan dan sekitarnya yaitu Desaa Doloduo 3 dan Doloduo 2 tidak ada fauna langka atau yang dilindungi tinggal di lingkungan tersebut. Lingkungan sekitar hanya didominasi oleh fauna seperti, hewan ternak, hewan melata, serangga adapun hewan liar lainnya yaitu ular.

Sosial Ekonomi dan Budaya

Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten dengan wilayah terluas di Provinsi Sulawesi Utara, Indonesia. Ibu kotanya adalah Lolak. Wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow telah mengalami sejumlah pemekaran. Tahun 2007 dimekarkan menjadi Kota Kotamobagu dan Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. Pada tahun 2008 dimekarkan lagi menjadi Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Kabupaten Bolaang Mongondow terdiri dari 15 kecamatan, 2 kelurahan, dan 200 desa. 

Desa Dooloduo 2 memiliki jumlah penduduk sebanyak 722 jiwa yang terbagi dalam 4 (empat) dusun. Jumlah kepala keluarga yang tercatat sebanyak 206 kepala keluarga. Sedangkan Desa Doloduo 3 memiliki jumlah penduduk sebanyak 621 jiwa yang juga terbagi ke dalm 4 (empat) dusun. Dan jumlah kepala keluarga tercatat sebanyak 177 kepala keluarga.

Sekitar lebih dari 50% masyarakat Kabupaten Bolaang Mongondow khususnya di sekitar Daerah Irigasi Kosinggolan berprofesi petani dan buruh tani. Penambang menjadi profesi terbanyak urutan ke-2, dapat dilihat dengan banyaknya tambang rakyat di sekitaran tebing dan pengolahan emas di sekitar aliran sungai. Pendapatan rata-rata berdasarkan wawancara yang telah dilakukan di 2 (dua) desa yaitu, Desa Doloduo 2 dan Desa Doloduo 3 mencapai 3.28 juta rupiah dengan total responden sebanyak 30 orang.

Hasil wawancara bersama Petani dalam 1 (satu) kali panen padi, Petani membutuhkan waktu 5 (lima) bulan sehingga dalam 1 (satu) tahun hanya 2 (dua) kali panen. Untuk keuntungan dengan luas lahan kurang lebih 1 Ha dapat menghasilkan padi sebanyak 80 karung dengan 1 karung berkisar 60 kg maka dapat dihitung padi yang dipanen berkisar kurang lebih 4,8 ton. Biasanya Petani menjual hasil panen ke tengkulak dalam bentuk beras, dari 60 karung padi dapat menjadi beras sekitar 30 karung atau 1,8 ton beras. 1 kg beras di jual dengan harga Rp 10.000,-. Sehingga dapat dihitung hasil panen yang didapat sekitar Rp 18.000.000,- setiap panen. Namun hasil penjualan tersebut bukanlah keuntungan secara keseluruhan, banyak petani yang meminjam uang untuk keperluan modal sehingga pada saat panen harus melunasinya. Pada 1 Ha sawah petani memerlukan modal untuk keperluan menanam, merawat dan proses panen. Modal biasanya berupa pupuk, pestisida, sewa traktor, sewa buruh tani dan sewa mesin giling. Sedangkan untuk benih biasanya itu didapat dari panen sebelumnya, jadi banyak diantaranya petani tidak membeli benih padi. Harga pestisida menurut pernyataan petani dalam kondisi normal (hama tidak terlalu banyak) biasanya menghabiskan uang sekitar Rp 300.000,-. Lalu untuk sewa traktor untuk bajak sawah seharga Rp 2.000.000,-. Pupuk menjadi permasalahan yang cukup besar menurut petani karena ketersediaan pupuk untuk saat ini sangat sulit dicari, sehingga jika itu ada membutuhkan harga yang cukup mahal. Harga pupuk bisa mencapai Rp 300.000,- dalam 1 sak, dan keperluan petani sebanyak 10 sak. Kemudian untuk biaya sewa buruh tani dan mesin giling serta keperluan tidak terduga kurang lebih Rp 3.000.000,-. Sehingga keuntungan petani berkisar di Rp 10.000.000,- dalam 1 kali panen.

Sedangkan untuk Petani Jagung 1 Ha dapat menghasilkan panen 5 ton dengan harga jual Rp 5.000,-/kg atau Rp 25.000.000,- (dengan catatan hasil panen harus kering) dalam 1 kali panen. Lalu untuk sayuran seperti kangkung relatif lebih murah untuk modal yang dibutuhkan. Untuk pupuk dan pestisida memerlukan biaya sebesar Rp 500.000,-. Namun harga jualnya pun cukup murah juga yaitu berkisar di Rp 1.000,-/ kg.

Etnis Mayoritas di kabupaten ini adalah Suku Mongondow. Bahasa ibu penduduk asli di daerah ini adalah Bahasa Mongondow. Sebagian besar masyarakat Kabupaten Bolaang Mongondow memeluk agama Islam (60,05%), Kristen (33,82%), Katolik (1,61%), Hindu (4,51%) dan Buddha 0,01%.

Desa Doloduo 2 maupun Doloduo 3 terdiri dari berbagai macam suku, seperti suku asli Bolaang Mongondow dan suku pendatang seperti, suku Sunda, Jawa, Minahasa, Buton, Manado, Bali dan beberapa suku lainnya. Hal ini dapat terjadi karena adanya migrasi beberapa puluh tahun yang lalu baik dilakukan secara resmi oleh pemerintah maupun secara pribadi merantau. Banyaknya suku dan ras tersebut di Bolaang Mongondow khususnya di Desa Doloduo 2 dan Doloduo 3 ini tidak membuat masyarakat terpecah justru menjadikan masyarakat semakin erat. Nilai toleransi yang tinggi dan kehidupan sosial yang baik menjadikan dasar kerukunan yang tercipta. Banyak diantaranya masyarakat Desa Doloduo 2 dan Doloduo 3 yang menguasai lebih dari 1 (satu) bahasa daerah.

Selain itu, agama yang cukup beragam dengan didominasi Islam (60%), Keristen (30%) dan pemeluk agama lain (10%) menciptakan kebudayaan baru. Dimana setiap hari raya dari masing-masing agama, kebiasaan yang dilakukan oleh kedua desa ini yaitu ikut merayakan bersama. Hal ini dilakukan sebagai bentuk toleransi antar umat beragama.

Adapun budaya yang tercipta seperti terbentuknya kelompok tani dari masing-masing desa. Hal ini bertujuan untuk  memudahkan dalam manajemen kegiatan bertani. 

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan langsung di Desa Doloduo 2 dan Desa Doloduo 3, terutama di 5 kelompok tani yang mendapat layanan pembinaan pertanian dan irigasi. Dapat dilaporkan bahwa pola tanam yang dianut masyarakat adalah policulture (budidaya tanaman dengan beberapa jenis komoditas). Komoditas andalan adalah padi, dengan sistem tanam tiga kali dalam setahun.

Komoditas pertanian selain padi yang dikembangkan petani antara lain tanaman palawija, jagung, kacang panjang, cabai. Selain itu, terdapat tanaman holtikulture berupa sayuran dan buah-buahan (kangkung, bayam, pisang, semangka). Bahkan petani juga menanam tanaman tahunan seperti kelapa.

Fasilitas Publik

Akses menuju Kabupaten Bolaang Mongondow dari terminal di Kota Manado memakan waktu 9-10 jam dengan naik Bus. Hal ini tidak mengherankan karena selain jaraknya yang memang jauh juga akses jalan yang berkelok. Namun, jika mengendarai motor dapat lebih cepat yaitu sekitar 4-5 jam.

Kondisi lalu lintas di Kabupaten Bolaang Mongondow khususnya sekitar Daerah Irigasi Kosinggolan tidaklah begitu ramai, dalam 1 hari kendaraan yang melintas berkisar mencapai 150-250 kendaraan. Mayoritas masyarakat menggunakan kendaraan pribadi seperti motor sebagai moda transportasi utamanya. Hal ini dikarenakan tidak adanya angkutan umum atau transportasi publik yang beroperasi. 

Kabupaten Bolaang Mongondow masih terbilang sebagai daerah yang minim fasilitas kesehatan. Masyarakat desa khususnya di Desa Doloduo 2 dan Doloduo 3 melakukan pemeriksaan dan berobat melalui mantri. Sedangkan puskesmas hanya ada di pusat kecamatan, tak jarang banyak masyarakat yang harus di rujuk ke kota, seperti Kota Kotamobagu maupun Kota Manado. Padahal seperti yang kita ketahui bahwa, fasilitas kesehatan merupakan salah satu aspek penting dan sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang berfungsi sebagai tempat perawatan kesehatan. 

Tidak adanya fasilitas transportasi publik memberikan dampak yang kurang baik terhadap pendidikan masyarakat. Hal ini dikarenakan lokasi yang cukup jauh untuk dijangkau oleh masyarakat khususnya siswa karena sekolah atau fasilitas pendidikan cukup jarang. Padahal pendidikan sendiri merupakan hal penting untuk meningkatkan kapasitas diri yang mana hal ini dapat mendorong perkembangan potensi suatu daerah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Hal Tentang Kota Medan, Sumatera Utara

  Medan  adalah   ibu kota   provinsi   Sumatera Utara ,   Indonesia .  Sejarah Medan  berawal dari sebuah kampung yang didirikan oleh  Guru Patimpus  di pertemuan  Sungai Deli  dan Sungai Babura. Hari jadi Kota Medan ditetapkan pada 1 Juli 1590. Selanjutnya pada tahun 1632, Medan dijadikan pusat pemerintahan  Kesultanan Deli , sebuah kerajaan  Melayu . Bangsa Eropa mulai menemukan Medan sejak kedatangan John Anderson dari  Inggris  pada tahun 1823. Peradaban di Medan terus berkembang hingga Pemerintah  Hindia Belanda  memberikan status kota pada 1 April 1909 dan menjadikannya pusat pemerintahan  Karesidenan Sumatera Timur . Memasuki abad ke-20, Medan menjadi kota yang penting di luar Pulau Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Beikut adalah 10 hal menarik mengenai Kota Medan : 1. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di   Indonesia   setelah   DKI Jakarta , dan   Surabaya   serta kota terbesar di luar Pulau   Jawa , sekaligu

Mengenal Pulau Taliabu, Maluku Utara

Kabupaten Pulau Taliabu merupakan salah satu kabupaten di provinsi Maluku Utara, hasil pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sula yang disahkan dalam sidang paripurna DPR RI pada 14 Desember 2012 di gedung DPR RI tentang Rancangan UU Daerah Otonomi Baru (DOB). Meskipun secara administratif merupakan bagian dari Maluku Utara, namun secara geografis letak Pulau Taliabu lebih dekat dengan Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah dibandingkan dengan jarak ke Kota Sofifi yang merupakan Ibu Kota Provinsi Maluku Utara di Pulau Halmahera. Tak heran jika perekonomian Pulau Taliabu sangat bergantung pada Kecamatan Luwuk, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah karena hampir seluruh kebutuhan pokok diakses dari Luwuk bahkan tak jarang masyarakat melakukan rujukan kesehatan di Rumah Sakit yang terletak di sana, karena jika ke Kota Sofifi terlalu jauh berkali-kali lipat jaraknya jika dibandingkan akses ke Luwuk sehingga memakan waktu yang lama. Bobong yang terletak di Kecamatan Taliabu Barat mer

Petani Melahirkan Direktur

 Kali ini tentang cerita dari seorang Direktur hebat di salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang pertanian. Sebut saja Asmono, beliau merupakan seorang yang terlahir dari keluarga petani. Hidup dilingkungan perkampungan yang cukup jauh dari peradaban kota. Mimpinya saat itu menjadi seorang insinyur pertanian yang hebat.  Minimnya informasi dan sarana prasarana membuat perkembangan dilingkungannya tertinggal. Insinyur merupakan sebuah pekerjaan yang sangat diimpikan banyak orang disana, dan untuk mencapainya sangatlah sulit. Banyak anak muda yang memimpikan namun usahanya belum dapat maksimal baik dari diri sendiri yang belum mampu, ataupun faktor eksternal seperti, ekonomi keluarga yang belum memadai untuk biaya kuliah yang mahal, kekurangan informasi, mindset masyarakat yang enggan untuk berpendidikan tinggi hingga arahan orang tua yang menginginkan anaknya untuk meneruskan pekerjaan orang tuanya saja mengelola ladang dan sawah. Berbeda dengan anak muda kebanyakan Asmono ju